Senin, Agustus 10, 2009

MIMPI SANG LASKAR PELANGI
Oleh: Julianto

Mimpi adalah kunci,
Untuk kita menaklukkan dunia,
Berlarilah tanpa lelah,
Sampai engkau meraihnya.

Untaian kata di atas adalah bait pertama sound track film Laksar Pelangi yang dinyanyikan oleh grup musik Nidji. Film yang diangkat dari sebuah novel yang konon memberi inspirasi dan spirit yang luar biasa bagi pembacanya ditulis oleh Andrea Hirata, dari kisah hidupnya sendiri.
Mimpi, dari film tersebut, merupakan modal awal dari sebuah kesuksesan besar. Dari sebuah mimpi, karya-karya besar lahir dan menjadi terwujud. Kehidupan yang jauh lebih baik akan diraih daripada kita hanya melakukannya dengan biasa-biasa saja.
Pertanyaan-pertanyaan seperti:
• Apakah impian kita saat ini?
• Ingin menjadi seperti apa nanti sepuluh tahun ke depan?
• Hal apa yang akan kita raih?
• Apa yang ingin kita lakukan pada saat itu?
• Apa yang ingin kita miliki saat itu? Ke mana kita ingin pergi saat itu?
• Apa saja yang ingin kita bagikan kepada orang lain saat itu?
adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab dengan fokus imajinasi kita lima atau sepuluh tahun mendatang.
Impian sering disebut dengan Visi. Sesuai dengan kebijakan kurikulum bahwa dalam KTSP, Visi merupakan salah satu bagian yang sangat penting. Sebagai sebuah lembaga tentu memiliki impian atau visi yang ingin dicapai. Visi tersebut biasanya dirumuskan dengan sangat serius dan sungguh-sungguuh karena menyangkut masa depan lembaga tersebut. Demikian juga kita sebagai seorang individu, perlu merancang masa depan kita. Atau apakah kita ingin tetap seperti apa adanya sekarang?

Mewujudkan visi
Sebelum mewujudkannya, maka kita harus perjelas lagi impian kita dengan menulisnya. Mungkin hanya berwujud angan-angan, tapi mungkin kita akan berkata dalam hati, keadaan inilah yang ku inginkan. Angan-angan yang kuat dan matang akan menjadi visi dan akan menjadikan passion kita. Menuliskan target seperti menjadi komitmen atau kontrak kepada diri kita sendiri.
Untuk meraih mimpi, jadikan visi sebagai target yang memiliki unsur S.M.A.R.T, yaitu:
Specific (jelas atau tidak kabur). Misal, jika ingin menjadi konsultan, definisikan secara jelas konsultan seperti apa? Konsultan sebuah sekolah internasional, konsultan khusus pendidikan khusus, pendidikan khusus yang mana? Intinya, impian itu harus jelas dalam imajinasi kita.
Measurable (dapat diukur). Sebuah talk show di TV pernah menampilkan sebuah nasihat bahwa, “If You can not measure it, you can not manage it”. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menetapkan target pencapaian. Target harus jelas, misal jika menjadi peneliti, jabatan peneliti apa yang akan kita raih pada saat itu.
Achievable (dapat kita raih). Buktinya sudah ada orang yang meraihnya saat ini, atau jika belum ada yang meraihnya, paling tidak hal tersebut logis menurut kita. Mengapa? Karena bisa jadi kitalah yang pertama kali yang meraihnya. Misalnya seperti ketika Orville dan Wilbur Wright menemukan pesawat terbang, padahal 30 tahun sebelumnya ayahnya yang seorang pendeta mengatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa terbang.
Realistic (Realistis). Artinya sesuai dengan sumber daya yang kita miliki saat ini atau dalam kendali kita. Misalnya kita ingin menjadi konsultan para calon mahasiswa untuk belajar di universitas di luar negeri. Tidak realistis kalau kita tidak memiliki hubungan dengan universitas di luar negeri tersebut. Akan menjadi realistis jika kita menguasai sistem pendidikannya dan memiliki hubungan dengan universitas tersebut.
Time bound (ada batas waktunya). Artinya kapan kita ingin itu terwujud? Sering kita menemukan banyak orang yang tidak serius dengan impian mereka. Seorang yang sudah setahun diwisuda belum juga memperoleh pekerjaan, ketika ditanya sampai kapan ia akan menganggur, dengan santai menjawab: “Ya, gimana nanti, deh.” (HID/mls)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar