Sabtu, Agustus 15, 2009

Assalamu'alaikum wr.wb.
Sebentar lag romadhon tiba. Mohon maaf lahir dan bathin, semoga ibadah puasa kita besok diterima oleh Allah SWT. Mari kita sucikan kembali jiwa raga dengan amalan dan puasa.
Wassalamu'alikum wr.wb

Rabu, Agustus 12, 2009



SUSUNAN PENGURUS KOMITE SEKOLAH
SMP NEGERI 18 PURWOREJO
PERIODE 2009-2013

Ketua : Drs. H. Surip Riptosoedarmo
Wakil Ketua : KHR Junaidi Jazuli
Sekretaris : Drs. Subagyo
Pembantu Sekretaris : Drs. Budi Wijiarso
Bendahara : Sutopo Guntur
Pembantu Bendahara : Dra. Dwi Hastuti
Anggota : 1. Sri Sadono, S.Sos.
2. Muhajir, Ama.Pd.
3. Samirin

Senin, Agustus 10, 2009

MODEL SIKLUS BELAJAR
Tinjauan kepustakaan mengenai siklus belajar yang dilakukan oleh Prof. Dennis W. Sunal, guru besar pendidikan sains dari Universitas Alabama sangat sayang jika dilewatkan. Prof. Sunnal merumuskan dan membandingkan berbagai strategi dalam konsep rekonstruksi siklus kegiatan pembelajaran pada bidang sains.
Karyanya menjadi lebih bermakna jika dikaitkan dengan kepentingan bangsa Indoneisa yang sedang penerapan standar nasional pendidikan. Hal itu terkait pula pada hasil monitoring mutu pembelajaran di sekolah yang menunjukkan bahwa proses pemantauan pembelajaran dalam kelas belum mendapat perhatian yang optimal. Yang selama ini sekolah lakukan adalah menjaga agar pembelajaran dapat berproses, targetnya guru berada dalam kelas. Sementara bagaimana sekolah mengoptimalkan guru dalam kelas dalam mencapai tujuan masih belum terwujud sebagaimana yang diharapkan. Padahal kita tahu bahwa pada komponen inilah mutu utama pendidikan terletak, namun sekolah belum menerapkan standar yang ketat pada proses ini. Bagaimana sekolah mengkondisikan pendidik mengelola kegiatan menurut kaidah-kaidah pedagogik serta mengikuti prosedur yang distandarkan pada tingkat satuan pendidikan masih memerlukan perhatian yang lebih besar lagi dari para pengelola sekolah.
Kriteria minimal strategi pengelolaan pembelajaran ialah menggunakan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Bagaimana konsep itu diaplikasikan dalam kegiatan belajar, apa yang perlu guru persiapkan, bagaimana menerapkannya, serta bagaimana mater pelajaran disajikan, bagaimana evaluasi pembelajaran dilakukan? Sebagian besar guru yang bertemu dengan penulis belum memahaminya. Dari sisi dokumen , penulis juga belum mendapatkan model yang dibuat guru misalnya yang telah dituangkan dalam rencana pembelajaran.Penerapan strategi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi merupakan tiga bidang kegiatan yang harus serangkai dalam kerangka sistem. Ketiganya terkait satu sama lain yang dapat digambarkan secara berkesinambungan pada diagram yang mendeskripsikan pembelajaran yang terintegrasi.

Gambar Siklus Belajar
Kegiatan evaluasi pada diagram tidak ditempatkan sebagai proses akhir, melainkan terkait secara dinamis dan terus bergerak sejalan dengan proses pembelajaran. Berdasarkan konsep ini belajar merupakan proses tanpa akhir karena kegiatan terus berputar sepanjang siswa tidak menghentikannya.
Model yang paling sesuai dengan standar proses pada standar nasional pendidikan adalah model Karplus.(1997) Ia menetapkan tiga tahap siklus belajar, yaitu:
Tahap eksplorasi, pada tahap ini siswa belajar sendiri melalui beberapa tindakan dan merespon sedikit petunjuk, guru mengantisipasi dengan keterampilan spesifik. Pada tahap ini siswa mengajukan berbagai pertanyaan sehingga dapat menggali ide-ide atau pola pikir baru.
Tahap kedua menjelaskan dan memperkenalkan konsep. Di sini guru lebih aktif untuk menjelaskan, Siswa mendalami konsep, menganalisis konsep dengan jelas.
Tahap ketiga aplikasi. Konsep yang baru idealnya dapat siswa kuasai dan dapat diterapkan pada situasi dan dengan daya aplikasi yang berbeda dari contoh sebelumnya. Hasil belajar harus dikuatkan dengan penerapan dan pengulangan sehingga cara berpikir dan bertindak siswa menjadi lebih stabil dan berkembang.
Analisis yang tidak jauh berbeda dilakukan oleh Driver (1986) Ide dasarnya adalah menanamkan konsep baru dengan teknik yang mengoptimalkan pengalaman belajar. Menurutnya, suatu konsep akan diterima sebagai pengalaman belajar dan tidak tergantikan sebelum peserta didik mendapatkan konsep lain yang lebih kuat.
Siklus kegiatannya sebagai berikut:
Menyajikan data pada tahap awal kegiatan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan kerangka baru dalam membangun interpretasi dalam pikirannya, oleh karena itu pikiran siswa harus diintervensi.
Menguatkan ide-ide pada bagian yang kurang siswa kuasai. Sering terjadi siswa yang lemah tidak dapat mengkonstruksi pikirannya sehingga guru harus menyampaikan pula ide-ide baru hasil penemuan sebelumnya.
Pada tahap ketiga siswa didorong untuk mengembangkan wawasan mengenai berbagai nilai dan kekuatan ide dan menerapkannya dalam berbagai aktivitas.
Nussbaum dan Novick (1981) berusaha menjelaskan proses yang terjadi pada diri siswa selama pembelajaran berlangsung. Strategi yang mereka gunakan seperti strategi pada umumnya. Model dikembangkannya secara tingkas dalam konsep belajar sains yang melibatkan ranah kognitif pada topik tertentu yang membantu mengembangkan berbagai kerangka alternatif. Proses pembelajaran menggunakan model siklus sebagai berikut:
Membangun aspek kognitif, mereka menyarankan pada langkah awal untuk mengembangkan keraka alternatif.Oleh karena itu ia menyarankan bahwa proses awal pembelajaran harus menjamin bahwa tiap siswa menyadari benar mengenai konsep bekal ajar awalnya melalui usaha meningkatkan pemahaman sudah sudah dimilikinya. Konsep ini menggagas agar siswa mengungkapkan terlebih dahulu dengan jelas, dan mendeskripsikan apa yang tidak dapat dijelaskannya.
Menggunakan asumsi selalu ada hal yang tidak dapat siswa jelaskan sehingga tidak muaskannya. Ketidakpuasan siswa berkembang karena ada hal-hal yang belum dapat dijelaskannya. Dengan memanfaatkan ketidakpusan itu maka guru melangkah pada langkah berikutnya, memperkaya informasi tambahan dan membangun pengalaman yang akan menamah ketidakpusannya, menimbulkan konflik sehingga dengan berkembang ketidak puasannya usaha siswa akan meningkat untuk memperoleh hal yang diharapkannya.
Pada tahap tiga guru mendorong siswa untuk mencari solusi menyelesaikan konflik pada ide-idenya.
Tinjauan pada kesempatan itu baru melihat pandangan tiga pakar yang mengembangkan konsep siklus belajar. Dari tiga pandangan itu kita melihat terdapat perbedaan prinsip dengan yang Indonesia bangun. Pada RPP kita menggunakan istilah pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penggunaan istilah ini berimplikasi pada penanaman pemahaman bahwa setelah selesai membangun pengalaman belajar dalam kelas, maka kegiatan belajar berakhir. Padahal akhir belajar pada satu siklus sesungguhnya siswa masuk pada siklus berikutnya yang akan dievaluasi pada tahap selanjutnya.
MIMPI SANG LASKAR PELANGI
Oleh: Julianto

Mimpi adalah kunci,
Untuk kita menaklukkan dunia,
Berlarilah tanpa lelah,
Sampai engkau meraihnya.

Untaian kata di atas adalah bait pertama sound track film Laksar Pelangi yang dinyanyikan oleh grup musik Nidji. Film yang diangkat dari sebuah novel yang konon memberi inspirasi dan spirit yang luar biasa bagi pembacanya ditulis oleh Andrea Hirata, dari kisah hidupnya sendiri.
Mimpi, dari film tersebut, merupakan modal awal dari sebuah kesuksesan besar. Dari sebuah mimpi, karya-karya besar lahir dan menjadi terwujud. Kehidupan yang jauh lebih baik akan diraih daripada kita hanya melakukannya dengan biasa-biasa saja.
Pertanyaan-pertanyaan seperti:
• Apakah impian kita saat ini?
• Ingin menjadi seperti apa nanti sepuluh tahun ke depan?
• Hal apa yang akan kita raih?
• Apa yang ingin kita lakukan pada saat itu?
• Apa yang ingin kita miliki saat itu? Ke mana kita ingin pergi saat itu?
• Apa saja yang ingin kita bagikan kepada orang lain saat itu?
adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab dengan fokus imajinasi kita lima atau sepuluh tahun mendatang.
Impian sering disebut dengan Visi. Sesuai dengan kebijakan kurikulum bahwa dalam KTSP, Visi merupakan salah satu bagian yang sangat penting. Sebagai sebuah lembaga tentu memiliki impian atau visi yang ingin dicapai. Visi tersebut biasanya dirumuskan dengan sangat serius dan sungguh-sungguuh karena menyangkut masa depan lembaga tersebut. Demikian juga kita sebagai seorang individu, perlu merancang masa depan kita. Atau apakah kita ingin tetap seperti apa adanya sekarang?

Mewujudkan visi
Sebelum mewujudkannya, maka kita harus perjelas lagi impian kita dengan menulisnya. Mungkin hanya berwujud angan-angan, tapi mungkin kita akan berkata dalam hati, keadaan inilah yang ku inginkan. Angan-angan yang kuat dan matang akan menjadi visi dan akan menjadikan passion kita. Menuliskan target seperti menjadi komitmen atau kontrak kepada diri kita sendiri.
Untuk meraih mimpi, jadikan visi sebagai target yang memiliki unsur S.M.A.R.T, yaitu:
Specific (jelas atau tidak kabur). Misal, jika ingin menjadi konsultan, definisikan secara jelas konsultan seperti apa? Konsultan sebuah sekolah internasional, konsultan khusus pendidikan khusus, pendidikan khusus yang mana? Intinya, impian itu harus jelas dalam imajinasi kita.
Measurable (dapat diukur). Sebuah talk show di TV pernah menampilkan sebuah nasihat bahwa, “If You can not measure it, you can not manage it”. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menetapkan target pencapaian. Target harus jelas, misal jika menjadi peneliti, jabatan peneliti apa yang akan kita raih pada saat itu.
Achievable (dapat kita raih). Buktinya sudah ada orang yang meraihnya saat ini, atau jika belum ada yang meraihnya, paling tidak hal tersebut logis menurut kita. Mengapa? Karena bisa jadi kitalah yang pertama kali yang meraihnya. Misalnya seperti ketika Orville dan Wilbur Wright menemukan pesawat terbang, padahal 30 tahun sebelumnya ayahnya yang seorang pendeta mengatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa terbang.
Realistic (Realistis). Artinya sesuai dengan sumber daya yang kita miliki saat ini atau dalam kendali kita. Misalnya kita ingin menjadi konsultan para calon mahasiswa untuk belajar di universitas di luar negeri. Tidak realistis kalau kita tidak memiliki hubungan dengan universitas di luar negeri tersebut. Akan menjadi realistis jika kita menguasai sistem pendidikannya dan memiliki hubungan dengan universitas tersebut.
Time bound (ada batas waktunya). Artinya kapan kita ingin itu terwujud? Sering kita menemukan banyak orang yang tidak serius dengan impian mereka. Seorang yang sudah setahun diwisuda belum juga memperoleh pekerjaan, ketika ditanya sampai kapan ia akan menganggur, dengan santai menjawab: “Ya, gimana nanti, deh.” (HID/mls)